You are currently viewing Persepsi salah tentang JSA (Job Safety Analys)

Persepsi salah tentang JSA (Job Safety Analys)

Dalam pengelolaan keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) di fokuskan pada pengelolaan risiko K3 yang mungkin akan terjadi sehingga perusahaan dapat melakukan upaya pencegahannya. upaya pencegahan kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK), salah satunya adalah dengan menganalisa risiko dari setiap tugas yang dikerjakan, sehingga di ketahui pekerjaan mana saja yang di anggap kritis, untuk risiko yang kritis menurut Agung Budiarto Kepala Divisi Allsys Training Center “dari setiap tugas yang memiliki Risiko tinggi (Tugas Kritis) maka perlu dibuat JSA ( Analisis kerja aman) dan setelah itu dilanjutnya dengan membuat Observasi tugas”.

 Acara Sharing Session Allsys dengan tema ” Job Safety Analysis” menghadirkan dua narasumber yaitu Alwahono Direktur PT Allsys solutions dan juga sebagai Direktur APKPI dan Agung Budiarto. dalam materi dibahas mengenai Persepsi tentang JSA, Dasar perlunya JSA, pembuatan daftar tugas kritis, pembuatan JSA, Pembuatan Observasi Tugas dan Pembuatan Intruksi Kerja. acara diselenggarakan melalui Daring dan di hadiri oleh lebih dari 100 peserta dari berbagai sektor Industri, termasuk Pertambangan dan Oil & Gas.

Persepsi yang salah atau kurang tepat menurut Alwahono antara lain 1. JSA untuk pemenuhan aturan bukan karena kebutuhan akan pekerjaan, 2. dibuat tanpa dasar yang jelas, seharusnya adalah berdasarkan tugas kritis, 3. JSA dibuat dengan menggabungkan beberapa pekerjaan dalam satu JSA, sehingga JSA menjadi tidak fokus, 4. JSA terlalu luas atau terlalu singkat, terkadang dibuat lebih dari 18 langkah dan bahkan terkadang malah JSA hanya dibuat 3 langkah saja, JSA yang baik seharusnya 6 sd 15 langkah, 5. ada JSA berarti aman, padahal dengan ada JSA tetap saja harus pengawasan yang ketat karena walau ada JSA namun dalam prakteknya pekerja belum tentu konsisten dalam penerapannya, 6. No JSA No Work. Tanpa JSA tidak boleh ada perkerjaan, padahal yang benar bahwa untuk pekerjaan yang kritis harus ada JSA nya, dan 7. JSA dibuat bersadarkan Intruksi kerja atau SOP, yang benar adalah JSA dibuat bersasarkan hasil dari analisis risko pada setiap pekerjaan.

Untuk itu maka proses pembuatan JSA menurut Agung Budiarto harus diawali oleh pembuatan tugas kritis, dari tugas kritis maka dibuat daftar tugas kritisnya dan selanjutnya baru di buat dalam JSA dalam 3 kolom JSA yang diawali oleh Menyusun Langkah kerja, kolom kedua adalah identifikasi bahaya dan risiko dari setiap langkah dan kolom ketiga adalah menyusun pengendalian dari setiap potensi bahaya dan risiko pada setiap langkah. pengenalian risiko dilaksanakan sesuai dengan hirarki pengendalian risiko yang meliputi : Rekayasa ( Eliminasi, substitisusi, sparasi dan engineering), 2. Administratif, 3 Work Practige (Praktek kerja), dan 4. APD.

JSA dibuat selanjutnya di sosialisasikan dan di praktekkan oleh para pekerja, nah guna memastikan bahwa JSA di jalankan maka perlu dilakukan Observasi, untuk itu menurut Alwahono maka “sebagai orang yang bertanggungjawab dalam organisasi maka perlu  membuat checklist Observasi dari setiap tugas sesuai dengan JSA yang telah dibuat”.

 Di akhir kegiatan peserta berharap bahwa kegiatan seperti ini dapat berlanjut dan berharap mereka selalu di Infokan jika ada kegiatan di kemudian hari.